BUDAYA INDONESIA
Di Indonesia memiliki kebudayaan, kebudayaan nasional,
kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945,
dan mempunyai arti kebudayaan tersendiri
Kebudayaan Nasional
Adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional,
yang berlandaskan pancasila dan merupakan daya upaya manusia Indonesia untuk
mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta di arahkan untuk
memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang
kehidupan bangsa.
Kebudayaan Lokal atau Budaya Lokal
Pengertian budaya lokal pun berkait pada hal hal yang
berbau pada kebudayaan khas dan tradisional.
Indonesia merupakan sebuah Negara yang terdiri atas berbagai suku
bangsa. Keragaman suku bangsa ini tentunya dapat menciptakan budaya yang
beragam. Maka, kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam salah satu suku
bangsa tersebut dapat dinamakan budaya lokal. Pengertian budaya lokal juga bisa
berkenaan dengan kebudayaan khas sebuah daerah yang tidak dimiliki oleh daerah
lainnya. Budaya tersebut kemudian dilestarikan dengan masyarakat local itu
sendiri. Jika seperti itu Indonesia
bisa jadi merupakan salah satu Negara dengan kebudayaan lokal terkaya di dunia.
Jenis Jenis Kebudayaan
Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari
keadaan jenis jenisnya :
- hidup kebatinan manusia,
yaitu sesuatu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat dengan
adat istiadatnya, pemerintahan negeri, agama atau ilmu kebatinan
- angan angan manusia, yaitu
sesuatu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesastraan, dan
kesusilaan
- kepandaian manusia yaitu
sesuatu yang menimbulkan macam macam kepandaian tentang perusahaan tanah,
perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan lalulintas, kesenian yang
berjenis jenis, semua bersifat indah
Berdasarkan wujudnya kebudayaan dapat digolongkan atas
dua komponen utama yaitu :
- kebudayaan material
Kebudayaan material adalah kebudayaan yang mengacu pada
semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Contoh kebudayaan material ini
adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk
tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
- kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak
yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya dongeng, cerita rakyat, dan
lagu atau tarian tradisional.
Dari kelompok ekonomi kebudayaan daerah dikelompokan
beberapa macam yaitu :
- kebudayaan pemburu dan peramu
kelompok kebudayaan pemburu dan peramu ini pada masa
sekarang hampir tidak ada. Kelompok ini sekarang tinggal di daerah-daerah
terpencil saja.
- kebudayaan peternak
Kelompok kebudayaan peternak/kebudayaan berpindah-pindah
banyak dijumpai di daerah padang
rumput.
- kebudayaan peladang
kelompok kebudayaan peladang ini hidup di daerah hutan
rimba. Mereka menebang pohon-pohon, membakar ranting, daun-daun dan dahan yang
ditebang. Setelah bersih lalu ditanami berbagai macam tanaman pangan. Setelah
dua atua tiga kali ditanami, kemudian ditinggalkan untuk membuka ladang baru di
daerah lain.
- kebudayaan nelayan
Kelompok kebudayaan nelayan ini hidup di sepanjang
pantai. Desa-desa nelayan umumnya terdapat di daerah muara sungai atau teluk.
Kebudayaan nelayan ditandai kemampuan teknologi pembuatan kapal, pengetahuan
cara-cara berlayar di laut, pembagian kerja nelayan laut.
- kebudayaan petani pedesaan
kelompok kebudayaan petani pedesaan ini menduduki bagian
terbesar di dunia. Masyarakat petani ini merupakan kesatuan ekonomi, sosial
budaya dan administratif yang besar. Sikap hidup gotong royong mewarnai
kebudayaan petani pedesaan.
Kebudayaan Barat Di Indonesia
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini kebudayaan
barat yang masuk ke Indonesia
semakin berkembang pesat. Hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya
rakyat Indonesia yang
bergaya hidup kebarat-baratan seperti mabuk-mabukkan,clubbing,memakai pakaian
mini,bahkan berciuman di tempat umum seperti sudah lumrah di Indonesia.
Proses akulturasi di Indonesia
tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal,
dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada
dasarnya dilihat arah induk yang lurus: ”the things of humanity all humanity
enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur
kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif. Proses
filtrasi perlu dilakukan sedini mungkin supaya kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia tidak
akan merusak identitas kebudayaan nasional bangsa kita. Tetapi bukan berarti
kita harus menutup pintu akses bangsa barat yang ingin masuk ke Indonesia,
karena tidak semua kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia berpengaruh
negatif, tetapi juga ada yang memberi pengaruh positif seperti memajukan
perkembangan IPTEK di Indonesia. Prioritas yang perlu kita lakukan terhadap
kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia
adalah kita harus lebih selektif kepada kebudayaan barat.
Frans Magnis Suseno dalam bukunya ”Filsafat Kebudayan
Politik”, membedakan tiga macam Kebudayaan Barat Modern:
- Kebudayaan teknologis modern
merupakan sesuatu yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu
pula penilaian-penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan
pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi,
melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan
teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik
dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan
modern. Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan
teknologi modern dalam pembuatannya. Kebudayaan Teknologis Modern itu
kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau
tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan.
Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau
Islam Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal
dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan
mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok
bersifat instumental.
- Kebudayaan modern tiruan
terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan
teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup
pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan lapangan
terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan
Kentucky Fried Chicken (KFC). Di lapangan terbang internasional orang
dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam dunia buatan:
tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan
mentereng dan modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana
non-real kabin pesawat terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh
dunia sama, tak ada hubungan batin. Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari
ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern,
ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak
menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita
malahan semakin kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan.
Selera kita, kelakuan kita, pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita
semakin dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah
sebabnya kebudayaan ini tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran. Anak
Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli,
bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli,
melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan
membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan
sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan
tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC
bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food
dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.
- kebudayaan kebudayaan barat
kita keliru apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat
Modern. Kebudayaan Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi
bukan hatinya, bukan pusatnya dan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam
Kebudayaan Barat, seperti ia mengancam identitas kebudayaan lain, akan
tetapi ia belum mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan
barangkali juga Amerika Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas
mereka masing-masing. Meskipun di mana-mana orang minum Coca Cola,
kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan Coca Cola. Orang yang sekadar
tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu, dengan demikian
belum mesti menjadi orang modern. Ia juga belum akan mengerti bagaimana
orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang pergaulan, apa selera
estetik dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral dan
religiusnya, apakah paham tanggung jawabnya
Dampak kebudayaan barat di Indonesia
Dampak kebudayaan barat di Indonesia dicerminkan dalam
wujud globalisasi dan modernisasi yang dapat membawa dampak positif dan dampak
negatif bagi bangsa kita.
Dampak positif
-
Perubahan tata nilai
dan sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya
menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi
rasional.
-
Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk
berpikir lebih maju.
-
Tingkat kehidupan
yang lebih baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat
komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi
penggangguran dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Dampak negatif
Selain mempunyai dampak positif kebudayaan barat juga
mempunyai dampak negatif yaitu :
-
Pola hidup konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat
penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah
tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
-
Sikap
Induvidualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi
maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam
beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
-
Gaya Hidup Kebarat baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok
diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang
mulai menggeser budaya asli adalah anak
tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
-
Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang
dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan
memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan.
Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan
sosial menyebabkan adanya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga sangat
mungkin bias merusak kebhinekaan dan ketunggalikaan Bangsa Indonesia.
Situasi Budaya Di Indonesia
Situasi Budaya Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
Pasalnya, semakin banyak kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh Negara tetangga
kita sendiri yaitu Malasyia. Seperti tari reog ponorogo, dan yang baru
akhir-akhir ini terjadi yaitu tari pendet yang diklaim juga oleh Malaysia. Hak
paten atas kebudayaan dalam hal ini sangat berperan penting. Pemerintah baru
menyadari akan perlunya hak paten tersebut setelah adanya klaim-mengklaim
Malaysia terhadap Kebudayaan Indonesia. Menurut saya stabilitas situasi budaya
di Indonesia dapat terwujud dengan cara mempublikasikan kebudayaan kita kepada
bangsa luar, dengan demikian secara tidak langsung menghak-patenkan kebudayaan
kita. Selain itu proses akulturasi yang negatif dapat mempengaruhi situasi
budaya di Indonesia semakin memprihatinkan.
Sajiman
Surjohadiprojo dalam pidato kebudayaannya di tahun 1986 menyampaikan tentang
persoalah kita hari ini, yaitu kurang kuatnya kemampuan mengeluarkan energi
pada manusia Indonesia. Hal ini mengakibatkan kurang adanya daya tindak atau
kemampuan berbuat. Rencana konsep yang baik, hasil dari otak cerdas, tinggal
dan rencana dan konsep belaka karena kurang mampu untuk merealisasikannya.
Akibat lainnya adalah pada disiplin dan pengendalikan diri. Lemahnya disiplin
bukan karena kurang kesadaran terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku,
melainkan karena kurang mampu untuk membawakan diri masing-masing menetapi
peraturan dan ketentuan yang berlaku. Kurangnya kemampuan mnegeluarkan energi
juga berakibat pada besarnya ketergantungan pada orang lain. Kemandirian sukar
ditemukan dan mempunyai dampak dalam segala aspek kehidupan termasuk
kepemimpinan dan tanggung jawab.
Menurut
beliau kelemahan ini merupakan Kelemahan Kebudayaan. Artinya, perbaikan dari
keadaan lemah itu hanya dapat dicapai melalui pendekatan budaya. Pemecahannya
harus melalui pendidikan dalam arti luas dan Nation and Character Building
(Surjohadiprodjo, dalam ”Pembebasan Budaya-Budaya Kita; 1999).
Mochtar
Lubis juga dalam kesempatan yang sama saat Temu Budaya tahun 1986, menyampaikan
bahwa kondisi budaya kita hari ini ditandai secara dominan oleh ciri:
- Kontradiksi gawat antara asumsi dan pretensi moral
budaya Pancasila dengan kenyataan
- Kemunafikan
- Lemahnya kreativitas
- Etos kerja yang lemah
- Neo-Feodalisme
- Budaya malu telah sirna ( Lubis, 1999).
Tantangan-tantangan
kebudayaan di Indonesia
1.
Kebudayaan Modern Tiruan
Tantangan
yang sungguh-sungguh mengancam kita adalah Kebudayaan Modern Tiruan. Dia
mengancam justru karena tidak sejati, tidak substansial. Yang ditawarkan adalah
semu. Kebudayaan itu membuat kita menjadi manusia plastik, manusia tanpa
kepribadian, manusia terasing, manusia kosong, manusia latah.
Kebudayaan
Blasteran Modern bagaikan drakula: ia mentereng, mempunyai daya tarik luar
biasa, ia lama kelamaan meyedot pandangan asli kita tentang nilai, tentang
dasar harga diri, tentang status. Ia menawarkan kemewahan-kemewahan yang dulu
bahkan tidak dapat kita impikan. Ia menjanjikan kepenuhan hidup, kemantapan
diri, asal kita mau berhenti berpikir sendiri, berhenti membuat kita kehilangan
penilaian kita sendiri. Akhirnya kita kehabisan darah , kehabisan identitas.
Kebudayaan modern tiruan membuat kita lepas dari kebudayaan tradisional kita
sendiri, sekaligus juga tidak menyentuh kebudayaan teknologis modern sungguhan
(Suseno;1992)
2.
Bagaimana Memberi Makan, Sandang, dan Rumah
Ki
Hajar Dewantara mengatakan bahwa, budaya adalah perjuangan manusia dalam
mengatasi masalah alam dan zaman. Permasalahan yang paling mendasar bagi
manusia adalah masalah makan, pakaian dan perumahan. Ketika orang kekurangan
gizi bagaimana ia akan mendapat orang yang cerdas. Ketika kebutuhan pokok saja
tidak terpenuhi bagaimana orang akan berpikir maju dan menciptakan teknologi
yang hebat. Jangankan untuk itu, permasalahan pemenuhan kebutuhan kita sangat
mempengaruhi pola hubungan di antara manusia. Orang rela mencuri bahkan
membunuh agar ia bisa makan sesuap nasi. Sehingga, kelalaian dalam hal ini
bukan hanya berdampak pada kemiskinan, kelaparan, kematian, akan tetapi akan
berpengaruh dalam tatanan budaya-sosial masyarakat.
3.
Masalah Pendidikan yang Tepat
Pendidikan
masih menjadi permasalahan yang menjadi perhatian serius jika bangsa ini ingin
dipandang dalam percaturan dunia. Ada fenomena yang menarik terkait dengan hal
ini, yaitu mengenai kolaborasi kebudayaan dengan pendidikan, dalam artian
bagaimana sistem pendidikan yang ada mengintrinsikkan kebudayaan di dalamnya.
Dimana ada suatu kebudayaan yang menjadi spirit dari sistem pendidikan yang
kita terapkan.
4.
Mengejar Kemajuan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Problem
ini beranjak ketika kita sampai saat ini masih menjadi konsumen atas
produk-produk teknologi dari negara luar. Situasi keilmiahan kita belum
berkembang dengan baik dan belum didukung oleh iklim yang kondusif bagi para
ilmuan untuk melakukan penelitian dan penciptaan produk-produk, teknologi baru.
Jika kita tetap mengandalkan impor produk dari luar negeri, maka kita akan
terus terbelakang. Oleh karena itu, hal ini tantangan bagi kita untuk mengejar
ketertinggalan iptek dari negara-negara maju.
5.
Kondisi Alam Global
Salah
satu dampak pemanasan global adalah meningkatnya suhu permukaan bumi sepanjang
lima tahun mendatang. Hal itu akan mengakibatkan gunung es di Amerika Latin
mencair. Dampak lanjutannya adalah kegagalan panen, yang hingga tahun 2050
mengakibatkan 130 juta penduduk dunia, terutama di Asia, kelaparan. Pertanian
gandum di Afrika juga akan mengalami hal yang sama.
Dampak
pemanasan global juga dapat berupa meningkatnya permukaan laut, lenyapnya
beberapa spesies dan bencana nasional yang makin meningkat. Disebutkan, 30%
garis pantai di dunia akan lenyap pada 2080. Lapisan es di kutub mencair hingga
terjadi aliran air di kutub utara. Hal itu akan mengakibatkan terusan Panama
terbenam.
Naiknya
suhu memicu topan yang lebih dasyat hingga mempengaruhi wilayah pantai yang
selama ini aman dari gangguan badai. Banyak tempat yang kini kering makin
kering, sebaliknya berbagai tempat basah akan semakin basah. Kesenjangan
distribusi air secara alami ini akan berpotensi meningkatkan ketegangan dalam
pemanfaaatan air untuk kepentingan industri, pertanian dan penduduk.
Asia
menjadi bagian dari bumi yang akan paling parah. Perubahan iklim yang tak
terdeteksi akan menjadi bencana lingkungan dan ekonomi, dan buntutnya adalah
tragedi kemanusiaan.
Cara
mempertahankan kebudayaan
Berikut
ini adalah cara-cara mempertahankan kebudayaan Indonesia :
- Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal
semangat mencintai produk dalam negeri.
- Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila
dengan sebaik- baiknya.
- Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan
sebaik- baiknya.
- Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan
hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
- Selektif terhadap kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia
- Pemerintah harus Menghak-patenkan
kebudayaan-kebudayaan di Indonesia